Tulisanku menjadikanmu semestanya, maka dengan ini aku mengabadikanmu.


malam ini aku ingin mengajakmu lari dari rumah. tidak penting ke mana, aku tidak punya peta apalagi kereta, biar saja angin membawa kita. tapi tenang saja, aku tidak akan membawamu ke tengah hutan. sebab, padamu aku sudah tersesat terlalu jauh, dan aku tidak ingin mencari jalan pulang.

aku sudah meminjam kapal, mmas. aku berpikir ingin membawamu ke tengah laut, ke tempat tidak ada batas antara samudera dan langit. tapi aku tidak akan mengajakmu tenggelam atau mencari ikan paus. disana, kita akan menjadi kita. kita cukup hanya menjadi Kooichi dan Prabumi, kita tidak perlu berpura pura kuat lagi, mmas. untuk sejenak kita akan istirahat dari tuntutan-tuntutan yang terus berjejalan masuk memenuhi kepala, istirahat dari segala khawatir yang terus terusan menggerogoti pikiran.

bersama tenangnya laut, kita akan menghabiskan malam untuk bercerita. aku senang mendengarmu bercerita tentang bagaimana harimu dan celoteh riangmu. akan ku ceritakan hari-hariku dan perasaanku yang tumbuh semakin besar untukmu, atau akan ku ceritakan kenapa aku sangat bersyukur Tuhan telah menciptakanmu.

jika kamu lelah, bahuku bisa menjadi tempatmu untuk merebah, maka kamu bisa mendengar perasaanku yang tidak kalah riuh dengan kembang api di tengah kota. tidak ada api unggun, tapi pelukku akan selalu menghangatkanmu. akan ku ceritakan tentang kamu pada setiap ikan-ikan kecil, akan ku pamerkan kamu pada setiap bintang paling terang.

tapi mmas, panjangnya malam ini tidak akan pernah cukup untukku menceritakan kenapa aku memilihmu. maka, aku butuh kamu untuk tetap bersamaku pada malam-malam selanjutnya, selama sisa hidup yang aku punya—

entah berapa lama aku akan menemanimu menyambut malam, yang jelas, aku sangat menikmati waktu-waktu bersamamu. tapi aku sadar bahwa tahun-tahun yang aku lewati bersamamu tidak cukup untuk membawa semua ingatan bahagia ini sampai pada batas abadi. maka, dengan tulisan ini aku akan mengabadikanmu, mengabadikan kita, agar terus bisa hidup di dalamnya, untuk tetap hidup lebih dari selamanya.

pada sisa-sisa ingatan yang semakin terurai, aku mengais-ngais memori untuk menuliskanmu, mmas bumi. aku berharap jika nanti semua tentangmu benar-benar tidak bisa muncul lagi di kepala, kamu akan terus lahir dalam ingatan ingatan mereka, lewat tulisan ini aku memperkenalkanmu pada setiap pasang mata yang membacanya. ingatanku mungkin akan hilang, tapi tidak dengan ingatan mereka.

Postingan populer dari blog ini

Dia, Prabumi-ku

Persemayaman Pusat Rasa