Dia, Prabumi-ku
Perlukah kita berdebat tentang siapa yang paling beruntung di antara kita? Kamu yang memiliki aku atau aku yang memiliki kamu? Atau memperdebatkan hal lain seperti–tentang siapa yang memberi pelukan lebih hangat lagi erat?
Tuhan memang benar benar baik pada kita ya. Semua ketidakteraturan telah diatur sedemikian adanya. Aku di belahan bumi sini dan kamu di belahan bumi sana, yang anehnya tetap menyatu seolah melintasi ruang dan waktu.
Tentang siapa yang lebih dulu hadir kadang tak begitu penting, melainkan siapa yang selalu hadir di saat-saat genting. Dengan hebatmu, kamu selalu berhasil menarikku kembali dari lubang gelap. Membuatku tetap mengingat–sekalipun dunia tampak tak berniat memahamiku–bahwa selalu ada kamu yang mau mengerti meskipun kamu tidak berada disini.
Dia, Prabumi-ku, adalah bukti dari seluruh rasa dan emosi yang ku tuang dengan hati-hati ke dalam baris-baris puisi ini. Kamu membuatku merasa kehadiranku di bumi memiliki arti, sama berharganya sepertimu. Terima kasih sudah membuatku sadar bahwa mencintaimu aku tak memerlukan banyak usaha untuk membuktikannya padamu, melainkan pada diriku sendiri.