Persemayaman Pusat Rasa

Salah satu hal paling yang tak pernah berhasil aku lakukan adalah mencari di mana letak kebohonganmu, ketika kamu mengatakan kamu sangat bahagia saat bersamaku. Tak ada yang bisa ku temukan selain senyummu yang merekah seperti bunga-bunga sakura yang mengakhiri musim dingin. Aku bisa melihatnya dari matamu yang menyipit dan sudut bibirmu yang tertarik membentuk lengkung paling apik, seperti diksi-diksi yang kucoba susun di sini.

Kalau aku punya kesempatan untuk didengar dunia, aku akan bercerita bagaimana aku mengagumi tutur katamu. Tentang aku yang bisa memangku dagu bermalam hanya untuk menikmati caramu berbicara. Kalau boleh kutuliskan di meja ruang tamu agar kamu sadari lebih betapa berharganya kamu di mataku.

Hal yang belum ku sampaikan, kamu serasi dengan senyuman dan segala bentuk gerak-gerik sederhanamu. Sederhana yang belum ku ucapkan, terima kasih sudah berbicara dan tertawa bersamaku. Aku ingin kamu paham bagaimana indahnya kamu dalam diksiku. Aku ingin kamu paham bahwa kamu adalah orang yang layak dicintai dengan hebatnya. Aku ingin kamu paham– akulah orang yang akan selalu merayakan ceriamu. Meski pada akhirnya hatimu berlabuh bukan untukku lagi, meski sedikit menyesakkan dada, tapi melihat senyummu adalah hal yang melegakan untukku.

Kamu mengatakan bahwa kamu senang melihatku tersenyum saat kita berhadapan. Mas bumi, kamu harus tau bahwa kamulah alasan dari senyumku. Senyuman itu menjadi bukti bahwa ada hari-hari kedepan yang menunggu untuk kita isi, ada halaman-halaman mendatang untuk kita isi. 

Dan denganmu saja aku ingin membaginya. 
Denganmu saja aku ingin bahagia.

Postingan populer dari blog ini

Dia, Prabumi-ku

Tulisanku menjadikanmu semestanya, maka dengan ini aku mengabadikanmu.